Vaksinasi Dan Biosecurity Dalam Program Menyeluruh

Tiga orang peternak ayam petelur di sentra peternakan ayam petelur Jawa Timur Blitar dan sekitarnya, mengungkapkan bahwa dalam memelihara ayam, mereka selalu memberikan vaksin kepada ayam sebagai bagian integral dan takterpisahkan dari program-program lain. Kesadaran pentingnya peran vaksinasi ini sudah mereka terapkan secara tepat dalam masa-masa pemeliharaan ayam. Bersinergi dengan penerapan faktor lain alhasil produksi yang dihasilkan akan bagus.

Vaksinasi dan Biosecurity Harus Dijalankan Secara Ketat 
Sorang peternak ayam petelur di Kecamatan Surowadang, Blitai Jawa Timur, mengaku semula ia adalah peternak kecil yang memulai usaha dengan 200 ekor DOC (Day Old Chicken, anak ayam umur sehari). Namun sejak 2010 jumlah ayamnya bertambah menjadi 5000 ekor. Segala hal pemeliharaan ayam di kandang kini ia pun sudah memahaminya. 

Vaksinasi Ayam
Tentang tata laksana vaksinasi yang benar, peternak tersebut mengaku, vaksin dan lain-lain harus dilaksanan sejak ayam berumur O sampai 2 bulan. Vaksinasi harus dijalankan secara ketat, baik vaksin ND, Coryza, dan lain-lain secara komplit sampai ayam berumur 2 bulan. Ketatnya vaksinasi ini sangat penting karena bakal berpengaruh, di samping dengan hal-hal lain seperti bibit DOC dan pakan yang sampai produksi memakai produk dan satu perusahaan besar kemitraan. 

Dengan cara demikian, petani tersebut mengaku sukses dalam beternak ayam petelur. Kesuksesan tersebut dapat diukur dari kecepatan pertumbuhan populasi ayam di peternakannya yang semula hanya 200 ekon, kini menjadi 5000 ekor. Produksi telur dimulai ketika ayam masih berumur 5 bulan, dan angka puncak produksi adalah pada saat ayam berumur 7 - 18 bulan, yakni mencapai 96 persen. 

Vaksinasi dan Biosecurity Harus Sesual Daerah Setempat 
Seorang peternak ayam petelur di Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur mengaku pertama kali beternak pada tahun 2000 dengan jumlah populasi ayam sekitar 2 - 3 ribu ekor. la mempunyai seebuah pandangan tentang kunci keberhasilan pemeliharaan ternak, yakni vaksin harus diberikan sesuai daerah setempat. Selain itu, peternak tidak boleh lupa mengontrol vaksinasi setiap bulan, karena pengaruhnya adalah menggertak produksi. Maksudnya, pemberian vaksin tersebut dapat berpengaruh pada produksi ayam dan mempunyai keterkaitan dengan perlakuan-perlakuan lain.

Perlakuan lain itu adalah pemberian pakan ternak, di mana pada awal pemeliharaan ternaknya, ia memakai produk pakan ternak dari sebuah merek terkenal, lalu sejak 2003 sampai 2010 ia pindah memakai produk pakan ternak terkenal lainnya. Pakan untuk DOC itu diberikan sampai ayam berumur 55 hari atau hingga mencapai berat badan sebesar700 gram. Lalu diteruskan sampai ayam umur 4 bulan hingga ayam siap.

Hal lain yang perlu diketahul adalah biosecurity, yakni kandang harus disemprot dengan desinfektan sebelum ayam dimasukkan. Petani tersebut mendapatkan obat dengan cara membeli dan peternak lain yang juga mempunyai poultry shop. Lalu la mengambil inisiatif dengan punya kandang ayam masa pertumbuhan. Pada Juni 2010, ia mengaku punya ayam masa pertumbuhan 500 ekor yang di masukkan kandang khusus ini. Dengan berbagai cara, ia pun meminimalkan penyakit Koksidiosis, kanibalisme, mencegah serangan khas predator, kucing, telur ular, dan satu pengalaman pahitnya ia pernah lupa menutup pintu hingga ada kucing masuk yang berakibat 100 ekor ayamnya mati. “Semua perlakuan harus ketat seiring dengan program vaksinasi yang juga ketat,” akunya.

Untuk menjaga semua hal itu dapat dilakukan sesuai harapan, la pun minta bantuan bagian penyuluh lapangan perusahaan tempat la menjadi mitra. Karyawan perusahaan itu tidak segan-segan datang ke rumahnya untuk memberi informasi cara beternak telur yang lebih baik. Selain membeli produk perusahaan, ia pun mendapatkan untung lebih besar dengan harga lebih murah.