Titik Kritis Pemeliharaan Ayam Petelur


Titik kritis pemeliharaan ayam petelur justru pada masa awal hidup ayam setelah DOC (Day OId Chicken) datang dan pemeliharaan di lokasi peternakan. Pada awal-awal pemeliharaan, peternak dapat menjumpal penyakit omphalitis, meskipun kejadiannya tidak terlalu banyak, misalnya 1 persen. Pada kasus omphalitis ini kuning telur masih ada, namun terjadi, pembusukan tali pusar. Hal ini terjadi akibat DOC mengalami dehidrasi selama proses pengangkutan, misalnya dari luar Kalimantan dan Jakarta.

Penulis melihat kerjasama antara anak kandang dan penanggung jawab teknis peternakan di Unit-unit sebuah peternakan di Kalimantan Barat dalam menanggulangi kasus-kasus semacan, ini. Dengan alur berpikir yang bena, mereka pun menerapkan kaidah pemeliharaan ayam secara baik dan benar dalam disiplin kerja. Sejak awal pemeliharaan ayam, merekapun melakukan tahap-tahap persiapan kedatangan ayam secara benar. Tujuannya pasti, agar titik kritis pemeliharaan di awal hidup ayam petelur ini betul-betul terjaga dengan baik. Kebersihan kandang, penyiapan litter sebagai alas kandang, pemanas, air minum, dan pakan pada tempat masing-masing, dilengkapi dengan vitamin dan elektrolit, pencahayaan yang cukup, semuanya mengambil bagian dalam proses disiplin kerja tim. 

Bila masa awal pemeliharaan ayam ini dilalui dengan baik, niscaya perkembangan ayam petelur pun dapat berjalan lancar hingga sampai pada tahap selanjutnya. Tahap berikut dan pemeliharaan yang sedang dilakoni, salah satunya adalah tahap pullet. Pada tahap ini, ayam petelur masa pullet mulai masuk kandang batere. Berkat penyiapan masa awal pemeliharaan yang baik, tentunya tidak ada masalah dengan perpindahan ayam pullet ke kandang batere saat umur 12 minggu. Namun demikian, peternakan tidak bisa lepas dan adanya gangguan, yakni adanya kasus CRD (Chronic Respiratory Disease) yang menyerang ayam pullet. Serangannya hanya 2 - 3 persen, dan itu pun dapat ditangani dengan antibiotik, dan kebetulan tidak ada kasus Kolibasilosis. Selesainya penanganan kasus CRD dapat dilihat pada banyaknya jumlah ayam pullet yang memenuhi kandang. 

Selanjutnya, ayam dalam masa produksi pun dipelihara khusus di kandang produksi. Masing-masing ditangani oleh anak kandang. Ada perbedaan penanganan pada ayam yang diletakkan di unit produksi dan unit pullet. Perbedaan itu antara lain pada sistem pemeliharaan pullet. Pada masa pullet, ayam mengonsumsi pakan jadi sampal umur 12 minggu. Sementara pada saat masa produksi, ada perbaikan pakan dibanding masa pullet. Perbandingan jenis pakannya, 50:50. Perbaikan sistem pakan ini bertahap sampal ayam berproduksi. 

Dengan ketekunan menjalankan tugas pemeliharaan ayam sejak awal dengan baik, maka pemeliharaan ternak ayam dapat berhasil. Oleh karena itu, peternak harus memperbaiki kinerja yang dirasa kurang, dan terus meningkatkan capaian-capaian kinerja yang telah bagus sejak awal secara berkesinambungan tanpa pernah terputus. Niscaya titik kritis dalam pemeliharaan ayam petelur pun dapat dilalui, dan hasil peternakan pun akan gemilang.