Kendala yang Menghadang Dalam Pembibitan Kambing
Selama ini, pembibitan kambing di Indonesia dilakukan oleh peternakan
kambing rakyat yang dikelola secara tradisional. Satu orang peternak
rata-rata hanya memiliki 2 - 3 ekor induk kambing. Pemeliharaannya
pun dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang sehabis bekerja di
sawah atau ladang. Pakannya berupa rumput, limbah pertanian, dan
daun-daunan berasal dan sekitar Iingkungan peternak yang dibawa
setelah pulang dari sawah/Iadang.
Lokasi kandang usaha pembibitan kambing juga berada di sekitar
rumah supaya dapat diberi pakan sewaktu-waktu. Kondisi ini sudah
menjadi budaya dalam beternak kambing. Selain itu, terdapat pola
usaha kambing berupa gaduh. Artinya, pemilik kambing hanya menitipkan
kambing kepada peternak penggaduh untuk memelihara sehingga tidak
perlu keluar biaya pakan dan pemeliharaan lainnya. Peternak penggaduh
akan menerima bayaran dan bagi hasil anakan dengan perbandingan
50 : 50. Usaha ini akan sulit dikembangkan menjadi usaha komersial
karena tidak rasional. Pola usaha gaduh identik dengan usaha sambilan
yang tidak sesuaĆ dengan pola usaha komersial yang membutuhkan
keseriusan. Dengan demikian, sulit mengharapkan peningkatan
produktivitas atau populasi kambing dari pola ini.
Umumnya peternak tradisional membeli satu atau dua ekor induk
kambing yang sudah siap kawin. Jika peternak tidak punya pejantan,
pemacekan menggunakan kambing jantan milik tetangga. Namun,
banyak peternak sengaja tidak mengawinkan kambing betinanya.
Menurut mereka, kambing akan bunting dengan sendirinya. Padahal,
ternak-ternak itu sudah kawin dengan pejantan sebelum dibeli
sehingga dapat bunting.
Peternak tradisional akan memelihara kambing sampai ukuran
siap jual, kira-kira umun satu tahun (kambing bakalan). Harganya
bervariasi. Jika keturunan kambing kacang, harga bakalan jantan
sekitar Rp 600.000,00 - 800.000,00, sedangkan harga betina lebih rendah lagi. Narnun, jika keturunan PE, harga bakalannya bisa
mencapai Rpl.000.000,00 untuk jantan. Penghasilan yang didapat
peternak tergantung jurnlah kambing yang dipelihara. Sebagai
gambaran, seorang peternak yang memelihara 2 ekor kambing
betina dalam setahun paling banyak mendapat anakan sebanyak 3
ekor. Jika anakan dijual semua dengan harga maksimal Rp800.000,00
per ekor, peternak akan memperoleh Rp2.400.000,00 per tahun
atau Rp200.000,00 per bulan atau kurang dan Rp7.000,000 per hari.
Penghasilan itu bukan suatu keuntungan, tetapi upah tenaga mencari
rumput.
Waktu penjualan kambing oleh peternak tradisional beragam. Umumnya, penjualan dilakukan saat ada kebutuhan mendesak, misalnya membayar sekolah, membiayai anggota keluarga di rumah sakit, memperbaiki rumah, atau menyelesaikan urusan keluarganya yang ditahan polisi. Ada juga yang sengaja menjual kambing saat Idul Adha karena harga jual mahal. Bahkan, ada juga peternak yang menjual semua kambingnya dan kesulitan untuk membeli kambing kembali.
Waktu penjualan kambing oleh peternak tradisional beragam. Umumnya, penjualan dilakukan saat ada kebutuhan mendesak, misalnya membayar sekolah, membiayai anggota keluarga di rumah sakit, memperbaiki rumah, atau menyelesaikan urusan keluarganya yang ditahan polisi. Ada juga yang sengaja menjual kambing saat Idul Adha karena harga jual mahal. Bahkan, ada juga peternak yang menjual semua kambingnya dan kesulitan untuk membeli kambing kembali.
Kambing dijual kepada para tengkulak yang ada di sekitar
tempat tinggal. Tengkulak ini sebagai pedagang perantara yang
menghubungkan peternak kambing dengan pedagang yang
mempunyai modal atau konsumen. Sistem jual-beli kambing ini
terhitung unik karena banyak orang yang terlibat dalam proses
pembelian 1 ekor kambing. Setiap yang terlibat akan mendapatkan
bagian uang yang di dalam dunia pemasaran kambing dikenal dengan
istilah “uang dengar. Sistem pemasaran ir merugikan peternak
kambing tradisional. Selain itu, sistem peniasaran pada peternakan
kambing tradisional menempatkan peternak pada posisi yang Iemah
karena peternak tidak tahu informasi hargb dan terdesak kebutuhan
sehingga sering bersikap ‘yang penting laku dan cepat mendapatkan
uang’. Sikap ini menjadikan posisi tawar peternak kambing lemah.